.jpg)
Globalisasi
kini telah menjadi bagian dari masyarakat dunia. Laju arus globalisasi kian
deras dan sarat berbagai nilai-nilai yang berdampak secara positif maupun
negatif bagi umat manusia. Globalisasi yang selalu diidentikan dengan
modernisme telah dianggap menjadi sebuah keniscayaan pandangan hidup atau world
view yang ideal bagi peradaban manusia. Peradaban yang dimaksud adalah
peradaban yang scientific yang didukung oleh kecanggihan teknologi
informasi. Perlu diakui bahwa modernisme telah memberikan kontribusi positif
terhadap perkembangan dunia. Misalnya, adanya pesawat terbang yang memperpendek
jarak, handphone yang mempu memberikan kemudahan komunikasi dan berbagai
manfaat lainnya. Akan tetapi dibalik sisi positifnya, globalisasi atau
modernisme telah membawa peradaban umat manusia kedalam kehancuran yang nyata
terutama kehancuran moralitas (akhlak). Hal ini dapat terlihat pada kenyataan
kekinian, sebagian besar remaja di negeri ini hampir kehilangan identitas diri.
Proses pencarian jati diri tanpa dibentuk basic pendidikan yang matang telah melahirkan
kerapuhan iman dan akhlak. Kondisi demikian membuat para remaja menjadi lemah
dalam menghadapi derasnya arus globalisasi yang sarat dengan budaya-budaya
barat yang menghinakan. Bangsa dan Negara kita yang memiliki nilai-nilai budaya
yang bermoral dan akhlaki kini bagaikan jaring laba-laba yang diterpa hujan.
Kearifan local budaya bangsa telah mengalami pergesaran nilai yang cukup jauh.
tingkat kesadaran terhadap budaya sangat rendah, oleh karena itu jangan heran
bila bangsa ini mudah dijajajah, diintervensi dan dikuasai.