Selasa, 31 Januari 2012

TUBUH-TUBUH YANG TERINTERVENSI



 Setelah sekian lama hidup dalam kungkungan kegelapan dominasi gereja, maka pada abad 19 para pemikir-pemikir barat yang atheistic dan liberalis-sekularis memberanikan diri untuk mendobrak tradisi konservatif yang egoistic kaum gerejawan. Maka pada masa itu lahirlah sebuah masa atau era di Eropa (barat) yang dikenal dengan masa pencerahan (enlightment/aufklarung). Dari sinilah gagasan tentang konsep globalisasi mulai digulirkan dan sampai hari ini kita masih berada dalam lingkarannya.
Globalisasi kini telah menjadi bagian dari masyarakat dunia. Laju arus globalisasi kian deras dan sarat berbagai nilai-nilai yang berdampak secara positif maupun negatif bagi umat manusia. Globalisasi yang selalu diidentikan dengan modernisme telah dianggap menjadi sebuah keniscayaan pandangan hidup atau world view yang ideal bagi peradaban manusia. Peradaban yang dimaksud adalah peradaban yang scientific yang didukung oleh kecanggihan teknologi informasi. Perlu diakui bahwa modernisme telah memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan dunia. Misalnya, adanya pesawat terbang yang memperpendek jarak, handphone yang mempu memberikan kemudahan komunikasi dan berbagai manfaat lainnya. Akan tetapi dibalik sisi positifnya, globalisasi atau modernisme telah membawa peradaban umat manusia kedalam kehancuran yang nyata terutama kehancuran moralitas (akhlak). Hal ini dapat terlihat pada kenyataan kekinian, sebagian besar remaja di negeri ini hampir kehilangan identitas diri. Proses pencarian jati diri tanpa dibentuk basic pendidikan yang matang telah melahirkan kerapuhan iman dan akhlak. Kondisi demikian membuat para remaja menjadi lemah dalam menghadapi derasnya arus globalisasi yang sarat dengan budaya-budaya barat yang menghinakan. Bangsa dan Negara kita yang memiliki nilai-nilai budaya yang bermoral dan akhlaki kini bagaikan jaring laba-laba yang diterpa hujan. Kearifan local budaya bangsa telah mengalami pergesaran nilai yang cukup jauh. tingkat kesadaran terhadap budaya sangat rendah, oleh karena itu jangan heran bila bangsa ini mudah dijajajah, diintervensi dan dikuasai.
Salah satu intervensi globalisasi yang sangat jelas adalah gaya hidup (style life) yang kebaratan (western). Dari makanan  hingga cara berhias berkiblat pada barat. Tubuh-tubuh yang seharusnya menjadi salah satu cermin bagi jati diri seseorang telah terintervensi oleh pola hidup yang tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya. Dintara intervensi tersebut adalah:
Rambut
Rambut adalah Mahkota bagi setiap orang, terutama bagi wanita. Rambut yang seharusnya dirawat dan dipelihara sesuai dengan tuntunan  Illahy sebagaimana dicontohkan oleh Rasul kini telah mengalami perubahan mode. Ada sebagian kaum Adam yang menggunduli sisi kiri dan kanan rambutnya sedangkan bagian tengah di biarkan panjang (rocker), sedangkan kaum hawa memotong rambutnya hingga diatas bahu menyerupai pria, sebagian lagi diwarnain (pirang) permanent, dibuat jabrik alias semrawut. Padahal model-model demikian sangat dilarang oleh Rasul.
Wajah (muka)
            Wajah merupakan bagian tubuh yang paling  dominan dilihat/dipandang.  Tergiur dengan asumsi keliru bahwa cantik identik dengan putih, maka sebagian wanita bahkan pria relah menggunakan obat-obat kimia untuk membantu memutihkan wajahnya. Alih-alih ingin putih justru yang terjadi sebaliknya. Kulit wajah yang sensitive terhadap bahan-bahan kimia menjadi ancaman berupa kanker bagi kulit.
Mata, Alis dan Kening
            Ketiga bagian tubuh ini saling berdekatan dan saling mempengaruhi keindahan antara satu dengan lainnya. Modernism yang buta membutakan pikiran sebagian wanita dan laki-laki (waria). Mereka mencoba memperindah pandangan orang terhadap mata mereka dengan memakai alis mata palsu dan rela mencukur bahkan mencabut kening kemudian diukir dengan kening buatan (dilukis). Padahal Allah dan Rasul melaknat orang yang mencukur kening. Sementara sebagian lainnya (pria dan wanita) memasang anting di selaput kulit kening.
Hidung.
            Bagian tubuh ini pun tak luput dari bias intervensi. Seolah tidak mau kalah dari sapi atau kerbau. Sebagian anak manusia pun menggunakan melubangi bagian tertentu dihidungnya kemudian dipasang anting. Maudzubillah mindzalik!  
Lidah.
            Lidah tak bertulang, begitulah kata pepatah dalam menggambarkan bahayannya bagian tubuh yang satu ini. Walaupun berbahaya saat mengucapkan kata-kata ternyata kulit lidah memiliki sensitivitas ketika terjadi luka, misalnya ketika kita makan dan tidak sengaja gigi kita menggigit lidah kita, maka rasa sakitnya sungguh terasa atau saat sariawan makanan yang enak pun tak terasa enak lagi saat dikunyah. Hal ini membuktikan kalau lidah kita memiliki sensitivitas. Namun sebagian orang yang telah terjebak dengan mode yang sesat rela memasang anting di lidah mereka. Adanya anting yang terpasang sangat memungkinkan terjadinya luka pada kulit lidah dan hal ini dapat berakibat fatal pada kesehatan kulit lidah.
Telinga.
Anting-anting (subang) adalah perhiasan yang identik dengan telinga dan wanita, namun dalam perkembangan zaman kaum pria pun seolah tidak mau kalah dengan wanita. Anting-anting tak menjadi identitas tersendiri bagi kaum hawa.
Badan hingga ujung kaki
            Badan merupakan salah bagian tubuh yang paling rentan terintervensi. Terutama kaum hawa. Olehnya itu, Rasulullah menganjurkan untuk menghijabinya, akan tetapi pengaruh modernisme menelanjangi semuanya. Pakaian yang seharusnya menjadi substansi bagi penutup aurat kini hanya sekedar symbol style belaka. busana yang seharusnya panjang dan menutupi kini di perkecil, maka tak heran jika bagian tubuh yang sensitive seperti pusar dan payu dara tidak malu dieksploitasi untuk mengejar suatu hasil nisbi, seperti materi dan keinginan sementara. Demikian pula celana yang digunakan sangat monoton dan vulgar. Trend celana panths (pendek) kini menjadi kebanggan kaum hawa (muslimah). Aurat yang terbuka tidak dihiraukan, ada pula celana pensil yang sangat jelas menggambarkan lekukan-lekukan tubuh …… sedangkan sebagian kaum Adam mengenakan celana yang bolong-bolong yang katanya lagi ngetrend, padahal bolong-bolongnya terkadang memperlihatkan aurat. Selain itu pada bagian tubuh seperti, tangan, badan, paha, daerah sekitar pusar dan bagian tubuh vital lainnya di Tatto padahal Rasulullah mengancam hal tersebut.  Naudzubillah min dzalik!
            Itulah salah satu bentuk intervensi atau penjajahan terhadap budaya kita. Melalui globalisasi yang beranakan modernisme telah mampu melenakan akal dan hati manusia kedalam kehampaan dan kegelapan. Sebagai muslim yang baik, seharusnya bangga menjadi dirinya sendiri diatas landasan Al Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang dicontohkan oleh para ulama salafusshalih. Bukan menjadi sapi yang dicocokan hidungnya yang mudah ditarik ke kiri dan ke kanan.  Be your self and do it your self .
Oleh" Rushdie Kasman

(dimuat di Majalah Sabili)  
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar