.jpg)
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa Qalbu
memiliki peran sentral bagi individu. Sehingga, Qalbu sering diibaratkan
sebagai Raja bagi jiwa (jasadiyyah maupun ruhaniyyah). Laiknya pemimpin, kelak Qalbu
juga akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah atas segala yang telah
mewarnainya. Allah Swt berfirman,
Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati (fuad), semuanya akan dimintai
pertanggungjawaban. (Q.S Al Isra’: 36)
Imam Al Ghazali membagi Qalbu dalam
dua jenis, yaitu Qalbu secara fisik (materi) dan Qalbu secara psikis
(spiritual). Qalbu fisik biasanya dikenal dengan sebutan jantung yang merupakan
salah satu organ vital dalam tubuh manusia, sedangkan Qalbu Spiritual bersifat
abstrak yang berkedudukan dalam Ruh.
Fakta tentang pengaruh Qalbu terhadap
jiwa (psikis dan fisik) seseorang telah banyak dijelaskan oleh pakar Psikolog
maupun Dokter.
Ibn Qayyim Al Jauziyyah
mengelompokkan Qalbu (Qalbu Spiritual) ke dalam tiga jenis, yaitu Qalbu yang
sehat, Qalbu yang sakit dan Qalbu yang mati.
Pertama,
Qalbu yang sehat adalah Qalbu yang terbebas dari syahwat, keinginan yang
bertentangan dengan perintah Allah, iri, syubhat dan bentuk-bentuk
penyelewengan terhadap kebenaran. Kedua,
Qalbu yang sakit adalah Qalbu yang hidup tetapi namun mengandung penyakit. Ia
mengikuti unsur-unsur yang kuat. Terkadang kecenderungannya pada kebaikan,
terkadang pula kecenderungannya mengarah kepada kemaksiatan. Dan, Ketiga, Qalbu yang mati adalah jenis Qalbu
yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Selalu berjalan bersama hawa nafsu dan
kenikmatan duniawi, meskipun dia dibenci
Allah.
Berbeda dengan Qalbu spiritual.
Qalbu fisik (jantung) dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu, Qalbu (jantung)
yang sehat dan Qalbu (jantung) yang sakit. Qalbu atau jantung seseorang
dikatakan sehat apabila tidak mengalami masalah dalam menjalankan fungsinya,
seperti memompa darah keseluruh tubuh, atau tidak mengalami kelainan pada salah
satu fungsinya. Sedangkan Qalbu atau jantung yang dikatakan sakit apabila salah
satu fungsinya tidak dijalankan secara efektif sehingga mempengaruhi fisik
seseorang.
Akhir-akhir ini, umat Islam seolah
melupakan Qalbu dalam kajian-kajian pengembangan diri manusia. Mereka cenderung
berfokus pada Otak yang telah diidentikan sebagai sumber kesuksesan individu.
Padahal pengaruh Otak terhadap kesuksesan seseorang sangat kecil bila dibanding
dengan aspek Qalbu. Akal sangat bergantung pada Qalbu, bukan Qalbu yang
bergantung pada Akal. Coba bayangkan, jika kerja Otak seseorang mengalami
gangguan, maka tidak akan mengganggu organ tubuh yang lain secara signifikan.
Namun, jika Qalbu fisik (Jantung) seseorang berhenti, meskipun sedetik saja,
maka Otak dan organ tubuh yang lainnya ikut berhenti bekerja. Demikian pula
Qalbu spiritual. Jika Qalbu seeorang telah digelapkan dengan noktah-noktah
kemaksiatan, maka Qalbu itu bisa mati. Apabila Qalbu itu telah mati, maka
tertutuplah cahaya Allah untuk dirinya. Dia tidak akan mengenal kebenaran
bahkan tidak mengenal siapa Rabbnya meskipun Kecerdasan Akalnya di atas
rata-rata. Maka benarlah kata Imam Al Ghazali. Qalbu adalah Raja bagi jiwamu. Wallahu ‘alam ‘indalllah
Penulis:
Rushdie Kasman Al Banjary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar